Bulan Juni adalah kelahiran Bung Karno sekaligus Lahirnya Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Kenapa kok yang dibesarin beritanya “Jangan Keramatkan Pancasila”. Kok gak kayak judul tulisanku ya he he he kan bagus Kembalikan Nilai Luhur Pancasila, lah gimana mau mengeramatkan wong nilai nilai yang terkandung didalmnya aja gak tahu.
Menjelang menggelegarnya masalah agama yang akan di hadapi bangsa ini, permasalahan suku, asal daerah dan ikatan primordial lain juga sedang dimulai. Hal tersebut akan mulai merenggut juga toleransi dan perasaan bersaudara sesama warga. Rakyat pun bingung manakala hukum belum menyentuh kalangan atas Pemimpin, Pengusaha apalagi para petinggi, kitapun gamang, meraba raba mencari pegangan. Akhirnya kita temukan adalah apa yang sejak runtuhnya penguasa Orde baru jarang di perbincangkan yaitu, PANCASILA.
Pancasila sebagai way of life bangsa ini ternyata masih sangat fasih di jabarkan dalam berbagai pidato para elite negeri ini. Mereka yang tengah menjabat maupun yang kontra pemerintahan semuanya tampil mengesankan, seakan akan pakar dalam menjabarkan butir butir Pancasila. Namun anehnya sila persatuan dimana Bung karno akan menempatkan pada sila pertama atau teratas ternyata paling rapuh dihayati oleh para elite itu sendiri.
Makna Pancasila yang harus di pertanyakan adalah masihkah kita berpegang pada Pancasila sebagaimana yang telah disepakati oleh Founding Fathers? Apakah kita perlu kita mencari dasar negara lain. Dengan alasan bahwa Pancasila tidak memberikan perubahan yang hakiki terhadap kehidupan dan kesejahteraan bangsa Indonesia? Rasanya tidak pantas negara menyandang nama Pancasila, sementara warganya saling membunuh.
Pergantian Pemimpin sama sekali tidak memilki Blue Print pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan untuk 10 tahun kedepan, atau 25 tahun kedepan. Hal tersebut karena setiap ganti berganti pula agenda pembangunannya. Mari kita ingat gelombang glasnot dan perestroika yang membawa perubahan pada keterbukaan dan restrukturisasi yang telah berlangsung di Rusia ambruk dan terpecah pecah. Disisi laen China serta vietnam reformasi dilaksanakan tidak lepas kendali tanpa mengganggu konstruksi politiknya sehingga gelombang reformasi tetap terkawal.
Pancasila merupakan paham Universal sarat akan kandungan perspektif spiritual dan mengacu pada pluralisme, kemajemukan, atau heterogenitas, NKRI merupakan wadah rakyat yang plural. Oleh sebab itu mewacanakan Spiritual dalam hal ini Ketuhanan Yang Maha Esa yang paling tepat adalah Pancasila.
Bila masih di kuasai oleh: Kuasa Gelap there is no way that we have to enter Kuasa Terang. The way how to get there, is The way of PANCASILA. Spiritualisasi Pancasila tak lain dan tak bukan bertujuan melakukan pembentukan Jiwa. Jika tidak maka selimut Republik yang kotor oleh Korupsi, Kemiskinan, Pengangguran dan Bencana Alam serta degradasi moral akan kian kotor.
Neh cuplikan pidato bung karno yang memperkenalkan Pancasila di PBB dalam rangka Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960. “Sesuatu” itu kami namakan “Pancasila”, ya “Pancasila” atau Lima Sendi Negara kami. Lima Sendi/Dasar tidaklah langsung berpangkal pada Manifesto komunis ataupun Declaration of Independence. Declaration of Independence memang, gagasan-gagasan dan cita-cita itu mungkin sudah ada sejak berabad-abad telah terkandung dalam bangsa kami. Dan memang tidak mengherankan bahwa paham-paham mengenai kekuatan yang besar dan kejantanan itu telah timbul dalam bangsa kami selama dua ribu tahun peradaban kami dan selama berabad-abad kejayaan bangsa sebelum imperialisme menenggelamkan kami pada suatu saat kelemahan Nasional.”
abimanyu says
terimakasih atas artikelnya.
saya sependapat atas gagasan bapak yang cemerlang, akan tetapi dari mana kita mulai???
sadarkah kita bahwa masyarakat di negeri ini sedang sakit??
lihat ……………………………….
semenjak krisis multidimensi (termasuk krisis moral pastinya)yang tak terobati dan akhirnya sekarang menjadi kronis/akut….. terbukti sekarang, anggota dewan yang terhormat sudah mulai minta jatah dengan alasan dana ini dan itu. sementara kasus demi kasus tidak pernah terselesaikan….. hah…. ternyata anggota dewan sudah tertular virus GAYUS….. jadilah sekarang mereka gayus-gayus dalam format baru…
haaaahhhhhhhhhhhhh….
maaf RAJA, saya emosi…
JADI BAGAIMANA KITA BISA MENGEMBALIKAN NILAI2 LUHUR PANCASILA, APAKAH IYA DIKEMBALIKAN, BUKANNYA NILAI2 ITU TETAP ADA DAN TINGGAL BAGAIMANA KITA MENGAMALKANNYA..
TERIMAKASIH… Aby..
Raja Samudera says
Trima kasih masukannya mas Aby
Bahasa sekolah dan hanya permainan kata he he he
gampang kok memulainya dari kita masing masing untuk menanamkan nialai nilai yang ada dalam pancasila, sila demi sila dan juga pedoman hidup pancasila, masih ingatkah dengan
45 butir pengamalan Pancasila seperti yang tertuang dalam P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) pada Tap MPR No. II/MPR/1978.
Seandainya saja Bangsa Indonesia benar-benar meresapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, tentunya degradasi moral dan kebiadaban masyarakat kita dapat diminimalisir. Kenyataannya sekarang yaitu setelah era reformasi, para reformator alergi dengan semua produk yang berbau orde baru termasuk P4 sehingga terkesan meninggalkannya begitu saja. Belum lagi saat ini jati diri Indonesia mulai goyah ketika sekelompok pihak mulai mementingkan dirinya sendiri untuk kembali menjadikan negara ini sebagai negara berideologi agama tertentu.
Semoga saja 45 Butir Pengamalan Pancasila ini dapat mengingatkan kita akan nilai – nilai kebaikan yang patut kita amalkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat:
Disinilah kita memulainya jadi sebenarnya tidak susah,
nilai nilai tersebut tetap ada ya memang betul sekali mas kita tinggal mengamalkannya, bukankah mas mengamalkannya sekarang sama dengan mas mengembalikan nilai nilai tersebut,
ijin siswa menjawab he he he
salam kebangsaan
just slm