Buku “Blue Print Indonesia Maritime Power 2035 (Indonesia Maritime Supremacy)
Menuju Perang Akhir Zaman
Ketika buku berjudul “Kebohongan Global” dan Dekade Keserakahan terbit tahun 2003, dunia sebenarnya sedang digerakkan ke arah lain. Elit bangsa (Presiden, para menteri, politisi, para dosen dan pendidik) seharusnya segera menyadari kesalahannya.
Globalisasi dengan segala tipu daya yang didengung-dengungkannya seperti Pertumbuhan Ekonomi, Perkapita beserta kelembagaan ekonomi ribanya, sebut misalnya IMF, Bank Dunia dan dunia perbankan umumnya adalah “jalan sesat” yang harus ditinggalkan. Buku yang ditulis berdasarkan pengalaman empirik penulisnya, Joseph E Stiglitz, Profesor Ekonomi Politik selaku mantan penasehat ekonomi presiden Amerika Bill Clinton, IMF dan Bank Dunia ini harusnya mampu menyadarkan akan adanya “kesalahan fatal” bangsa-bangsa dalam mengikuti resep pembangunanisme barat yang sangat materialistik dan menisbikan aspek moral sebagai fondasi akuntabilitas dan integritas.
Andaikan orde baru tidak mendistorsi praktik UUD 45 dan Pancasila yang berbuntut pada amandemen yang lebih liberalistik selama orde reformasi maka NKRI pastilah telah “menang lebih dulu” dalam menjalankan ajaran akuntabilitas dan transparansi barat, tanpa harus terjermbab pada praktik kepalsuan-kepalsuannya.
Selama ini, pembangunan selalu diukur berdasarkan parameter ekonomi materi yang penuh kebohongan. Demikian juga cara operasi idiologi “pasar bebas”, cara operasional Bank Central di Amerika-Eropa yang dikuasai para Yahudi, IMF dan Bank Dunia yang penuh tipu daya dan kemunafikan sebagaimana dikeluhkan Stiglitz dikedua buku di atas. Jargon-jargon mereka, tulis Stiglitz, jelas sekali memenangkan “kepentingan terselubung” para bankir, “Saya kecewa oleh kemunafikan IMF dan Departemen Keuangan AS yang selalu menekankan pentingnya transparansi di Asia Timur (tapi nyatanya) mereka adalah organisasi yang paling tidak transparan yang pernah saya temui dalam kehidupan publik.”
“Saat saya di Bank Dunia, saya menyaksikan langsung dampak yang merusak yang ditimbulkan oleh globalisasi terhadap negara-negara berkembang, khususnya negara-negara miskin”
“Secara teori” tegas Stiglitz, perjanjian pasar bebas seperti GATT, AFTA dan sekarang MEA beserta lembaga keuangan yang mendukungnya seperti IMF dan Bank Dunia, memang dibuat indah, tetapi melihat praktiknya selama sebagaimana dilakukan oleh Amerika dan negara maju lainnya, sekaranglah saatnya semua itu Perlu dipertimbangkan lagi, “Secara radikal!” Pertimbangan-pertimbangan yang mereka paksakan kepada negara miskin sangat politis menyesuaikan kehendak mereka yang berkuasa. Lebih 100 negara hancur justru setelah “ditolong” IMF dan Bank dunia.
Sekarang saatnya bangsa-bangsa yang lebih relegius mempertimbangkan rekomendasi-rekomendasi yang lebih spiritual dan tidak mendewakan pragmatisme demi tujuan ekonomi dengan segala anomali nilai-nilainya.
Mengapa?
Klaim agama samawi umumnya adalah, diturunkan dirinya di bumi tak lain hanya untuk “memperbaiki akhlak” manusia, karena itu ukuran keberhasilan pembangunan manusia adalah nilai takwa manusia, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling takwa padaKu!” ini adalah parameter ilahiah.
Perkapita iya, tetapi harusnya hal tersebut menjadi efek samping saja dari diterapkannya usaha duniawi yang penuh dengan tuntunan akhlak dan moral, dan berdasarkan kepercayaan atas campur tangannya kekuatan Ilahiah karena manusia-manusia berjuang menegakkan nilai-nilai akhlak apapun agamanya dan Pancasila sebenarnya telah menyediakan instrumen yang merukhani ini, bukan berdasarkan “hutang” yang menimbulkan berbagai komplikasi “penghambaan” dan pragmatisme politik dari negara dan para pemimpinnya yang akhirnya berujung pada materialisme, hedonisme dan korupsi massif seperti keadaan kita sekarang. Banyak pejabat jadi predator bagi rakyat dan negara yang menggajinya bahkan bagi bumi pertiwi yang menghidupinya.
Jadi ketika di tingkat global terjadi saling menipu antar bangsa-bangsa di bumi, ini bukan sekedar perang peradaban sebagaimana dinyatakan oleh Samuel Huntington dalam The class of Civilizations tetapi perang manusia melawan takdir Tuhan yang dibolehkan olehNya.
Tidak berubah suatu kaum sampai ia mengubah dirinya sendiri.
Termasuk pilihan dalam cara mengubahnya. IMF, Bank Dunia dan sistem riba lainnya telah dibuktikan oleh Stiglitz memunculkan banyak kemunafikan dan kekacauan di dunia, pengkhiatan, pembohongan, “genosida modern” terhadap bangsa-bangsa yang dilakukan oleh para bangkir Yahudi. Jangan lupa bahwa aktor di balik Perang Dunia dan aneksasi Irak di abad ini, misalnya adalah para bankir Yahudi ini agar bisnis senjata pemusnah massal yang mereka miliki memperoleh “pasar” yang diinginkannya selain motif penguasaan minyak sebagai bentuk kolonialisme modern.
Bodoh luar biasa, bila kita menganggap fenomena invisible hand ini sebagai omong kosong atau pseudo-ilmiah. Para pemimpin bangsa harus mulai melihat realitas ini, sedang Allah sendiri sudah mengingatkan bahaya konspirasi para penyembah iblis ini (illuminati) dimana Bung Karno sendiri pernah membubarkan organisasi ini.
Maraknya penerbitan buku-buku terjemahan tentang konspirasi Yahudi yang oleh kebanyakan ilmuwan dianggap pseudo ilmiah di tahun 2016 ini, mungkin bukan sebuah kebetulan. Yahudi sebagai karakter memang terkutuk dalam keterbuangannya. Tapi seperti halnya eksistensi iblis atau cacing-cacing di perut dalam tubuh manusia, Yahudi menguasai dunia adalah takdir juga, setidaknya ada kemanfaatannya untuk sparing partner berkaca diri.
Bila ikan-ikan yang hidup dan bernafas garam di laut selama 24 jam sehari tidak menjadikan dagingnya asin maka sang Khalik rasanya memperkenankan bila kita mempelajari A sampai Znya etnis Yahudi tanpa kita harus menjadi Yahudi seperti yang dikutuk dalam agama.
Memang ini pertanyaannya. Bagaimana seharusnya Indonesia merebut takdirnya sekaligus selamat dari pembusukan akhlak yang dirancang oleh “konspirasi global” Yahudi sebagaimana direpresentasikan oleh IMF, Bank Dunia dan perbankam riba umumnya yang selama ini kita anggap sebagai dewa penolong? Jika ikan di laut dapat melakukannya masuk akalkah bila kita lumpuh?
Fenomena korupsi massif sebuah bangsa dan kerusakan akhlak seperti seks bebas, pornografi, narkoba, pembusukan partai dan birokrasi yang memuncak di gedung DPR/DPRD, dan lembaga Trias Politica lainnya adalah indikator awal bagi telah bekerjanya jebakan global ini, Orde Baru menjadi contoh nyata yang semestinya membuat kita mewaspadai akan terulangannya kebangkitan para predator ini sebagaimana terlihat pada kasus terbongkarnya kedatangan Ketua DPR ke Freeport dan Donal Trump.
Ini adalah sebuah gunung es Freud di lautan.
Oknum wakil rakyat itu pasti mewakili konspiran lainnya yang lebih besar.
Akhirnya, usaha “merevitalisasi bangsa Maritim”, sebagaimana tujuan buku ini ditulis, menawarkan 9 jalan yang perlu ditempuh, agar revitalisasi jati diri bangsa maritim yang kita lakukan tidak terjerambab pada titik “gelembung ekonominya” yang semu, tetapi pada pada akhlak, ethos, karakter nasional dan karakter pemerintahan yang didukung posisi geografis sebagai instrumen pembangunan Indonesia maritime Power. Cakupan permasalahan sebagai rangkuman dan kajian filosofis dan akademis dalam menyongsong pertempuran akhir zaman yang tertuang dalam pidato Soekarno To Build The World A New akan berhadapan dengan a New World order yang didesain oleh kekuatan Yahudi dan anteknya.
Bangkitnya kembali “Peradaban Nusantara” yang notabene telah dan akan dihancurkan sampai ke akar-akarnya oleh konspirasi global, jangan sampai melumpuhkan lagi bibit kebangkitan jiwa nasionalisme putra bangsa yang telah notabene “dikaruniai” sebagai orbit penyeimbang kehancuran alam semesta.
Pada masa lalu, Allah pernah mengijinkan kerajaan Maritim Sriwiyaya menjadi besar dan dihormati sebagai negara maritim dengan ratusan armada laut yang menguasai dunia –termasuk selat malaka—yang kini jadi sumbu strategis ekonomi dunia pasti ada maksudnya. Demikian juga ketika Dunia Barat ketakutan dengan penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam dan mendiami nusantara sebagai “atlantik yang hilang” yang subur dan kaya sementara bangsa-bangsa Arab sebagai tanah tempat kelahiran Islam kini dalam keadaan “menghamba” pada Amerika, pasti ada maksudnya.
Mengutip dari pernyataan Marcel Proust bahwa, kehidupan negara-negara hanyalah pengulangan dalam skala yang lebih besar, kehidupan sel-sel komponen mereka; dan siapa yang tidak mampu memahami rahasia atau misteri reaksi, hukum yang menentukan gerakan individu, tidak akan pernah dapat mengatakan suatu berfaedah untuk didengarkan tentang perjuangan negara-negara.
Fenomena ISIS di Timur Tengah yang merupakan bagian dari rencana Yahudi untuk mempercepat proses penghancuran yang juga telah digariskan oleh Illahi dimana saat ini umat Muslim berada pada era kehancurannya menuju munculnya era selanjutnya untuk berkuasa, Lantas apa yang akan terjadi di Indonesia sebagai negeri yang mayoritas umat Islam? Apa hubungannya Kalifah Ustmania dengan Nusantara?
Sejarah selalu mencatat dirinya sendiri kata sejarahwan Arnold Toynbe. Begitu pun kebesaran-kebesaran di masa lalu yang terwaris dalam genetika masyarakatnya dimungkinkan akan terlahir kembali. Bung Karno dan presiden berikutnya telah diramalkan kelahirannya, karena memang ada potensi ulangan genetikanya.
Kini, di tengah deru gelombang demokratisasi, tak terasa tatanan orde baru kembali muncul menjadi “orde reformasi liberal” dengan menyisahkan permasalahan yang komplek dan multi dimensi. Amandemen dilakukan oleh para penguasa sebelum reformasi, yang “memanfaatkan” berbagai kelemahan UUD 1945 yang sumir sifatnya, sehingga rawan manipulasi oleh kepentingan asing dan kompradornya. Dengan dibrendelinya pasal demi demi pasal dan ayatnya dari UUD 1945 yang akhirnya menyisahkan berbagai macam persoalan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sistem pemerintahan hari ini sudah tidak lagi berpijak pada nilai-nilai bangsa Indonesia yang berpijak pada nilai murni Pancaslia, Nilai Mulia keagamaan serta nilai luhur keadatan. Sistem Politik yang mementingkan usus pribadi kelompok dan kepentingannya makin meruncing dengan permusuhan dan permasalahan yang mengikis habis aset bangsa yang gema ripah loh Jinawi. Apa yang harus dlakukan untuk kembali kepada cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945, sisitem pemerintahan dan perpolitikan yang diharapkan?
Dengan Skenario positif titik balik pelurusan arah tahun 2014, NKRI telah dikumandangkan melalui visi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia merupakan lanjutan dari To Build The World A New yang didengungkan Bung Karno di Sidang Dewan PBB yang menggetarkan Dunia. Bagaimana membangun Negara Maritim yang Digdaya untuk mewujudkan Indonesia Maritime Power 2035 yang akan ditopang oleh pembangunan ekonomi maritim? Bagaimana penguatan Indonesia Maritime elements? Bagaimana membangun kekuatan pertahanan dan keamanan maritime dengan sinergitas TNI AL, TNI AU dan TNI AD serta instansi sipil lainnya?
Temukan seluruh Jawaban diatas dalam dibuku ini.
Buku ini percaya, hanya bila akhlak, ethos dan karakter kemaritiman terbentuk maka aspek kemakmuran materi yang diraihnya tidak akan mendistorsi kualitas kemanusiaannya. Keberhasilan negara-negara berkembang menggeser negara adidaya sebelumnya seperti China mengalahkan Jepang dan Amerika saat ini semuanya dimulai;
- visi para pemimpin yang berkarakter dan berintegritas tinggi seperti para founding father yang pemikirannya mampu menembus jaman,
- dari pendidikan yang berkualitas yang para pengelolanya tidak disibukan oleh proyek demi proyek yang bermotif perburuan rente,
- oleh kehadiran pendidikan dan para guru yang berintegritas sehingga mereka mampu resonans (menggetarkan) dalam mendidik dan mengajar,
- dimana kehidupan berbangsa di point 1 hingga 3 tidak dihidupi dan dibangun oleh riba, yang struktur perjuangan hidupnya dilandasi oleh pengakuan insyaallah, semangat kesederhanaan serta tahu batas rasa cukup dan pernik spiritualitas religius lainnya.
Pragmatisme dan materialisme sebagaimana tercermin pada para pejabat korup baik yang ada di birokrasi maupun di lembaga terhormat DPR/DPRD sekarang ini tentulah berada jauh dari 4 persyaratan di atas. Bagaimana kita satu persatu merenda jejaring akhlakul karimah tersebut, buku ini mencoba mencari jawabnya.
Wahai Allah….
Sesuangguhnya telah aku sampaikan
Selanjutnya wujudkanlah…….Amin
To Build the World Anew
yes Sir, Request your book become one of my reference